Jumat, 19 Februari 2010

Mau berlaku diam menghanyutkan Pesan Baru



# Ketika yang lain asyik meracau dia hanya terpaku menyimak dulu (menerawang dengan pikirannya yang terus terkoneksi berantai seperti pemain catur),

# Ketika yang lain kehabisan trik, terpaku, panic, takut, dia segera tampil ke depan,
# Disaat mereka bingung, kesulitan Ia punya solusi yang tepat, jelas dan masuk akal (punya filsafat pemikiran=logika),

# Pada saat bertemu komunitas, dia seperti penyimak, pendengar, dan pengamat yang baik saja,

# Ia segera cepat menilai lingkungan, karakter orang-orang baru di sekelilingnya,

# Ia bisa menerka jalan pikiran orang lain hanya dari kata-kata yang tersirat, dari mimik wajah dan bisa merangkai, menghubungkan perkataan maupun tindakan sebelumnya pada kata terucap. Baik untuk saat ini dan yang bakal terjadi,

# Ketika mengerjakan sesuatu (things to do), bisa juga mengerjakan yang lain dalam satu waktu yang bersamaan (sambil menyelam minum air.) Bisa mengaitkan waktu dan tujuan,

# Maka tidak heran,’Kok keduluan, ya’ padahal barusan saya mau menyebutnya, demikian kata teman bicara,

# Memiliki kesadaran, di saat situasi apapun berada tetap dapat belajar.

# Dsb…



Itu semua bisa dilakukan/mendukung/didukung oleh firasat, intuisi, imajinasi, empati, dan sintesis kita yang terasah dan mengerti/faham tentang hal ini. Those adalah ranah otak (kognisi) ; adalah kemampuan gaib seseorang, bisa meningkatkan level pola pikir (mindset) sesorang, tidak terlihat, namun bisa nyata bila di aplikasikan. Dan tentu saja akan memanjangkan akal seseorang dalam pemahaman, solusi, dan kekuatan visi. Tentu saja segera disupport dengan aplikasi (action). Tentang apapun itu?

Berharap, dengan 5 ranah yang tersebut di atas, Semoga kita akan menjadi manusia unik, berbeda/luar biasa, otodidaker, dan bisa menjadi diri sendiri alias mandiri dengan sedikit bergantung kepada orang lain. Bukan selalu jadi pengikut, simpatisan, medioker, peniru atau sejenisnya.

Bagaimana, ya?

BEGITULAH CARANYA....



Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.

Begitulah caranya...
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepada-Nya!

Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
karena Tuhan, dengan rahmat-Nya
akan tetap menerima mata uang palsumu...!

Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.

Begitulah caranya...

Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayolah datang, dan datanglah lagi...!

Karena Tuhan telah berkata :
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang...,
ingatlah kepada-Ku,
karena Aku-lah jalan itu.....”