Rabu, 02 Maret 2011

FAKTA DULU BARU BICARA


KETIKA masuk ke dalam ruang rapat, dua rekannya langsung menghentikan
pembicaraan. Sontak Agus merasa tidak enak. Dia pun langsung menduga ada
sesuatu yang tengah dibicarakan dua rekannya. Pikiran Agus, yang memang
penuh curiga melayang kemana-mana. Sampai akhirnya dia menaruh tuduhan:
kedua temannya tengah merencanakan sebuah tindakan yang akan merugikannya
dalam rapat ini.

Rapat pun dimulai. Alih-alih memperhatikan jalannya rapat, mata Agus malah
lekat-lekat menyaksikan kedua rekannya. Dia bersiap, kalau saja dua orang
rekannya berulah, dia akan menjegalnya. Namun lebih dari satu jam rapat, tak
ada gelagat buruk. Malah yang terjadi, dia kena tegur sang bos gara-gara dia
tidak bisa menjawab pertanyaan.

Karena hal sepele, Agus kena semprot. Anehnya, Agus justru menambah porsi
dendam pada dua rekannya. Dia berkilah, dua orang itu teramat senang Agus
diomeli sang bos. Malah dia makin menjadi-jadi. Pikirnya, dua orang itu
tengah membuat rencana yang menyudutkannya di kelak hari. Sepanjang hari,
sepanjang minggu, dia menjadi sibuk memperhatikan dua orang itu.

Anda, duhai pembaca, pasti bisa merasakan betapa repotnya menjadi Agus. Dia
hidup dan sibuk dalam kecurigaan yang sama sekali tidak pernah terbukti.
Anehnya, dia tidak mencari kebenaran dari tuduhannya itu. Namun malah
membiarkan pikirannya sendiri yang mengendalikan kesehariannya, dan tanpa
disadari juga karirnya. Performa kerja lambat laun tentu akan menurun.
Gelagatnya sudah kelihatan. Dia kena semprot saat pertemuan dengan sang bos.
Agaknya kisah legendaris Sam Kok atau Kisah Tiga Negara yang kesohor itu
perlu diketengahkan agar Agus bisa tersadar dari lamunannya.

Alkisah, Cao-Cao, seorang perdana menteri yang melarikan diri dengan dibantu
oleh seorang pejabat yang simpati kepadanya, Chen Gong. Dalam pelariannya,
Cao-Cao bersembunyi di rumah pamannya, yang merupakan saudara angkat dari
ayahnya.

Masalahnya, Cao-Cao bawaannya selalu curiga. Ia curiga setiap tindak tanduk
dari Lu Boshe, pamannya. Hingga suatu hari ketika Lu Boshe mengadakan
pertemuan keluarga, Cao-Cao berhasil menguping pembicaraan keluarga itu.

“Ikat saja dulu, lalu kita bunuh!” Itulah kalimat yang dicuri dengar oleh
Cao-Cao. Mendengar isi pembicaraan tersebut, Cao-Cao langsung marah. Ia pun
mengambil pedangnya dan berusaha membunuh keluarga Lu Boshe. Tapi segera
saja Chen Gong berusaha menenangkannya.

“Sabar, mari kita dengar dulu apa maksud dari pembicaraan tersebut,” kata
Chen Gong. Tapi Cao-Cao tidak mempedulikannya, walau Chen Gong sudah
berusaha membujuknya dengan susah payah. Cao-Cao akhirnya membantai seluruh
keluarga tersebut dengan pedangnya. Air mata Chen Gong pun mengalir deras
sedih dan menyesalkan tindakan semena-mena yang dilakukan Cao-Cao. Setelah
diselidiki, ternyata Pamannya hendak mengikat seekor babi untuk dijadikan
santap malam bagi Cao-Cao dan temannya. Tapi nasi telah menjadi bubur. Kini,
hanyalah penyesalan yang kemudian tersisa.

Semoga Agus atau kita semua tidak bertindak seperti Cao-Cao. Melihat segala
sesuatu hanya dengan persepsi, bukan dengan fakta. Atau menghakimi orang
dengan opini, bukan dengan bukti-bukti. Sebelum bertindak dan mengambil
keputusan yang penting, galilah dulu bukti-bukti yang memadai. Dengarkan
jangan hanya dari satu pihak saja. Setelah itu barulah Anda mengambil
tindakan. Jangan kemudian penyesalan yang didapat ketika Anda telah
memutuskan sesuatu tanpa didasari oleh fakta-fakta. Is that right brother?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar