Minggu, 08 November 2009

MERASA BODOH (AWAM)


Untuk apa banyak cakap, kalau hanya berkoar, salalu membuat haus, tampa tindak lanjut tampa makna menambah panjang akala baru.

Menanamkan rasa awam ini hanya untuk trik elastis simulasi (seolah-olah) agar diri terlecut lagi bergerak agar sejatinya awam itu tidak terus awam, tetapi berubah nama menjadi pintar. Kemudian kepintaran....

yang dirasakan bias bias bergerak mencari sasaran mamfaat. Tentu sesuai “jalur alternative” masing-masing kita saat ini.

Merasa awam kontra merasa pintar, mersa awam berguna untuk ….. (mohon jangan disalahgunakan) :

- Mengelabui/melengakan/melenakan kawan dan lawan (seolah-olah tapi tidak berbohong dengan mulut. Tapi berbohong melalui tindakan yang tidak bias dibaca pikiran kawan dan lawan. Ini banyak gunanya terutama dalam persaingan baik. Dan nantinya juga berguna untuk mengetahui trik pesaing, misal dalam bisnis dan politik).

- Pesan bidal : semakin banyak diam kobodohan kita akan disembunyikan

- Dengan mersa awam kita terlecut terus untuk terus belajar, mengetahui 1001 hal yang baru.

- Menjadikan kita tidak keras kepala dan menerima kritikan, rendah hati, bias mengakui kesalahan.

- Rahasia tertentu akan keluar dan didapatkan, dan itu adalah ilmu bagi pendengar yang baik (penyelinap pikiran orang ini penting agar biasa tahu sebelum tahu).

- Sifat angkuh, sombong pamer,merasa lebih jadi tersembunyikan.

Secara sungguh (support) merasa awam adalah menanamkan sesungguhnya kita memang masih merasa awam, itu selagi kita masih belum bias memberi mamfaat terhadap keluarga yang lain, terhadap ummat, pada negara, terhadap kemiskinan dsb. Bagaimana tidak, diri sendiri masih ‘payah sih’, sibuk dengan masalah sendiri, kolompok dst. Miskin ilmu miskin harta, bila bertemu buku tadak mau dibaca, ketika berlalu-slalu berpikir, bila bertemu fakir slalu kikir.

Masihkah kita mengaku pintar ? Jika yah dan sudah, berilah mamfaat buat menolong diri sendiri dahulu diteruskan buat orang lain dengan ilmu dan harta itu, sepotong kalimat-seduri sekalipun.

“Tidak sanggup rasanya saya merasa pintar, hebat merasa benar, merasa lebih jika saya belum juga bias memajukan diri sendiri. Bias keluar dari ke-awam-an kesedihan dst.


Mohon maaf jika ada salah gores atau ada kata yang menyinggung, ibarat pepata : kalau ada jarum yang patah jangan disimpan didalam laci, kalau ada salah kata yang terucap jangan disimpan didalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar